Tanggal 22 Maret merupakan tanggal untuk memperingati Hari Air Dunia. Sama halnya dengan hari besar lainnya, pada tanggal tersebut ada banyak pembahasan yang diperbincangkan, salah satunya adalah kelangkaan air minum yang dihadapi oleh Jakarta. Kandungan 70% air yang ada di dunia bukan menjadi jaminan bahwa air tersebut dapat kita konsumsi dengan bebas. Persediaan air putih yang ada dunia kian menipis akibat perbuatan tak bertanggung jawab yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. dari 70% air yang ada di dunia, hanya 3% air yang layak untuk kita konsumsi. Kementerian PUPR bahkan menegaskan hal tersebut di dalam akun Instagramnya. Penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2014 lalu, ada 4 kota di dunia yang mengalami krisis air bersih. Dari 500 kota besar yang dijadikan objek penelitian, 4 kota mengalami kelangkaan sumber air bersih. Hal yang paling mengngerikan adalah penelitian yang dilakukan oleh PBB. Menurut badan tersebut, kebutuhan akan air layak minum akan meningkat tajam. Kebutuhan akan air layak minum tersebut bahkan melebihi ketersediaan air bersih di dunia.
Kelangkaan air layak minum yang dialami oleh Jakarta terjadi akibat beberapa faktor. Kota Jakarta yang terletak di kawasan pesisir menjadi alasan pertama mengapa kota tersebut memiliki potensi yang besar untuk kesulitan mendapatkan air layak minum nantinya. Kondisi tersebut terasa semakin parah lantaran ruang terbuka hijau yang semakin sempit sehingga penyerapan air hujan sangat sulit dialami. Kelangkaan air layak minum yang dialami oleh Jakarta harus mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah sekitar. Jika masalah tersebut terlambat untuk diatasi, kelangkaan akan sumber air bersih akan dihadapi dalam waktu dekat. Untuk mengatasi sumber air bersih yang semakin berkurang, pemerintah melakukan pembuangan air limbah ke laut pada saat Jakarta diguyur hujan. Selain melakukan pembuangan air kotor ke laut, infrastruktur yang baik menjadi andalan kota Jakarta dalam mengatur ketersediaan sumber air bersih layak minum. Infrastuktur tersebut dilakukan dengan melakukan betonisasi pada sungai, kanalisasi dan membangun sodetan di berbagai tempat tertentu. Infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah tersebut hendaknya dapat menjadi jalan keluar akan kelangkaan sumber air minum yang dialami oleh ibukota Jakarta. Jika berbicara mengenai kesediaan air di kota Jakarta, Jakarta akan mengalami krisis air ketika musim kemarau dan akan mendapatkan air berlimpah ketika musim hujan. Berlimpahnya air yang dimiliki oleh Jakarta berupa banjir dan merupakan sumber air yang tidak baik untuk dikonsumsi. Karena kondisi itulah, pemerintah harus bekerja keras guna memenuhi sumber air minum bagi warga yang bermukim di kota Jakarta.
Menjaga kesediaan air bersih layak minum tentunya menjadi tugas yang cukup berat bagi pemerintah DKI Jakarta. Agar cadangan air bersih tersebut tetap terjaga, menampung air hujan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah DKI guna menjaga kesediaan sumber air bersih. Konsep ekodrainase sangat membantu pemerintah dalam menjaga kesediaan air minum ketika berhadapan dengan musim kemarau. Pemerintah kota Jakarta juga melarang warganya untuk mengambil air tanah dengan menggunakan pompa. Hal tersebut dilakukan agar kelangkaan sumber air bersih tidak dialami oleh Jakarta. Selain Jakarta, Sao Paolo, Bangalore, Beijing dan Mesir merupakan beberapa wilayah di dunia yang akan mengalami kelangkaan sumber air bersih. Jika Jakarta dan keempat kota tersebut tidak juga mengalami perubahan, kelangkaan sumber air minum dapat kita jumpai di waktu dekat.